Oleh: KH Syamsul Yakin
Waketum MUI Kota Depok
Untuk menelusuri makna kutukan Allah, mula-mula bisa dibaca makna ayat, “Dan mereka berkata, “Hati kami tertutup”. Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran merek, maka sedikit sekali mereka yang beriman” (QS. al-Baqarah/2: 88).
Makna kutukan Allah pada ayat ini, seperti diungkap penulis Tafsir Jalalain, adalah menjauhkan mereka (Bani Israil) dari rahmat Allah, seperti Allah menolak permohonan mereka sampai-sampai mereka berputus asa.
Ayat berikutnya, “Dan setelah datang kepada mereka al-Qur’an dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka kutukan Allah atas orang-orang yang ingkar itu” (QS. al-Baqarah/2: 89).
Berbeda dengan makna kutukan pada ayat sebelumnya yang berdimensi duniawi, pada ayat ini kutukan Allah bersifat ukhrawi. Setidaknya, hal ini terungkap dari pemahaman Syaikh Nawawi yang tertulis dalam kitab Tafsir Munir bahwa Allah akan menjauhkan mereka dari kebaikan akhirat.
Kalau dibongkar lebih dalam lagi, kutukan Allah yang dialamatkan kepada orang-orang Yahudi karena ejekan mereka sendiri kepada Nabi Muhammad di Madinah. Frasa, “Hati kami tertutup” adalah ejekan itu. Penulis Tafsir Jalalain mengatakan bahwa frasa ini adalah untuk mengolok-olok Nabi Muhammad.
Lebih mendalam lagi, tulis Syaikh Nawawi, frasa itu seakan-akan dikatakan oleh orang-orang Yahudi untuk merespon dakwah Nabi Muhammad, “Hati kami tempat menampung berbagai macam ilmu yang sudah meluap sehingga hati kamu tak lagi mampu menampung ilmu dan perkataan darimu”. Tentu ini sebuah kesombongan.
Dengan kata lain, hati mereka telah telah tertutup dengan ilmu mereka yang berlimpah. Padahal kenyatannya tidak demikian. Allah berfirman, Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka, maka sedikit sekali mereka yang beriman” (QS. al-Baqarah/2: 88). Dalam ayat lain Allah mempertegas, “Bahkan sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya. Karena itu mereka tidak beriman kecuali sebagian kecil dari mereka” (QS. al-Nisaa/4: 155).
Jadi jelas, dakwah Nabi Muhammad ditolak oleh orang-orang Yahudi bukan karena mereka sudah berlimpah ilmu, tapi karena Allah sendiri yang telah mengutuk mereka dan mengunci mati hati mereka karena kekufuran dan keingkaran mereka.
Selanjutnya yang dimaksud frasa “sedikit sekali mereka yang beriman”, menurut Syaikh Nawawi ada dua makna. Pertama, hanya sedikit dari mereka yang menjalankan beban syariat yang dititahkan Allah kepada mereka. Kedua, mereka hanya beriman kepada Allah dan mendustai para rasul.
Yang menarik adalah penggalan ayat, “padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir”. Yang dimaksud dengan orang-orang kafir, dalam pandangan Syaikh Nawawi, adalah orang musyrik Arab seperti Bani Asad, Bani Gatafan, Bani Muzayyanah, dan Bani Juhainah yang tak lain adalah musuh mereka.
Mereka berdoa, “Ya Allah, berilah kami kemenangan dan tolong kami dengan nabi yang ummi”. Inilah alasan mengapa mereka hanya beriman kepada Allah, tak lain untuk tujuan politik. Namun begitu, mereka malah dikutuk Allah.*